Hati-hati Berita Negatif Membuat Anda Gila!

  • Cara supaya tidak mudah terpengaruh berita negatif
  • Cara supaya tidak mudah termakan HOAX
  • Cara membedakan nama berita fakta yang objektif dan pendapat yang subjektif
  • Apa yang harus kita lakukan ketika dengar perkataan orang lain mengenai situasi saat ini
  • Gimana supaya kita dapat mengambil putusan yang tepat ditengah-tengah informasi yang simpang siur

Jadi di grup chat saya selalu ada orang yang mengirim chat mengenai Covid-19. Ya tidak salah sih. Ada yang punya kredibilitas untuk memberikan berbagai informasi. Karena latar belakangnya di bidang kedokteran. Dan banyak pula yang awam.

Saya sangat berterima kasih atas infonya. Juga saya dapat banyak manfaat.

Hanya saja kita tidak boleh memakan segala informasi itu mentah-mentah dan dianggap kebenaran.

Ada dua cara yang mau saya bagi. Bagaimana kita berhadapan dengan berbagai informasi yang beredar baik di sosmed, di grup chat atau pas bergosip ria.

  1. Pilah informasi yang masuk ke telinga Anda.
  2. Pertanyakan asumsinya? Dasarnya apa seseorang mengeluarkan statement itu.

PILAH INFORMASI

Apa itu? Yaitu informasi yang kamu dengar itu pilah menjadi beberapa kategori. Karena dengan pembagian ini, hatimu lebih bijak dan tenang menghadapi serbuan infomasi bak banjir bandang. Lantas, dibagi berapa?

Saya awalnya membagi 3 aja: data/fakta, opini dan saran.

Pembagian ini emang tidak sesuai definisi akademis. Karena saya membaginya berdasarkan pendapat saya loh yaaa… jok protes ae.

Contoh ini:

“Covid-19 ini sangat menular dan
berakibat fatal termasuk kematian. Bisa saja pemerintah akan meng-lockdown
JAKARTA selama 6 bulan lo. Siapkan makanan untuk 1 TAHUN teman. Jangan buka
toko dulu. Jangan ke kantor”

Statement 1: Covid-19 ini sangat menular dan berakibat fatal termasuk kematian.

Ini adalah fakta dan data. Ini sifatnya apa adanya tanpa ada masukan informasi yang bersifat subjektif. Ini sifatnya netral dan objektif.

Karena betul sesuai fakta dan kenyataan bahwa Covid-19 menular dan mematikan.

Statemanet 2: Bisa saja pemerintah akan meng-lockdown JAKARTA selama 6 bulan lo.

Ini berupa opini atau pendapat. Kadang orang beropini ini orang yang punya kredibilitas seperti pejabat, para ahli, orang-orang terkenal dan sebagainya. Kadang orang awam pula.

Statement 3: Siapkan makanan untuk 1 TAHUN teman. Jangan buka toko dulu. Jangan ke kantor

Ini sekali lagi sifatnya opini atau saran. Masukan seseorang. Kadang masukan ini berasal dari orang yang kelihatannya kredibel. Misalnya dokter.

Tetapi tetap harus ditelaah.

Dia mengatakan itu atas dasar apa? Apakah dia punya kredibilitas dalam masalah ini untuk memberikan opininya? Apakah yang harus kita lakukan terhadap opini tersebut? Apakah aku harus menelan mentah-mentah atau harus diolah dahulu?

PERTANYAKAN ASUMSINYA? DASARNYA APA?

Nah seperti contoh diatas. Katakan Anda kenal dokter, dia mengatakan bahwa kota kita akan di lockdown selama 1 tahun. Disini Anda bisa bertanya, asumsinya apa?

Kenapa koq dia mengatakan itu? Apa dia punya datanya? Apa dia punya orang dekat presiden? Apa dia ngomong berdasarkan murni pemikirannya? Yang mana belum tentu benar.

Soalnya sekalipun orang itu pendidikan sangat tinggi. IQ nya sangat luar biasa tinggi. Tetap aku harus berhati-hati. Jangan sampai informasi itu merugikan kita sendiri.

1Kor 3:19  Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: “Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.”

KERIBUTAN & KERUGIAN

Dari sini asal semua masalah. Bicara fakta adalah keadaan sesungguhnya, tetapi ketika ditafsirkan setiap orang akhirnya menjadi OPINI dan SARAN. Disini yang bisa menjadikan masalah. Ketika hal-hal yang netral tetapi dimaknai dengan pemikiran seseorang.

Sejatinya berita itu sendiri adalah fakta dan apa adanya.

Tetapi ketika sudah diberikan “makna” atau “arti” dan “pikiran” maka dia akan menjadi subjektif. Bisa benar. Bisa salah. Tergantung banyak faktor dan variabel. Itu lah kenapa Anda harus bisa membeda-bedakannya.

Kemampuan ini perlu kesadaran. Ini yang dikatakan Yesus, “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.” Lukas 8:18 dan lagi “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Markus 4:9.

Dan mendengar itu sebuah skill yang tidak mudah dilakukan. Butuh banyak latihan. Karena mendengar aktif itu tidak mudah.

Contoh ya:

FAKTA: angka orang yang kena Corona di Indonesia hampir menembus 1000 orang.

OPINI: Artinya Virus ini tidak segalak yang kita kira. Karena di AS, Korea, Italia, Spanyol dan China jauh lebih tinggi.

SARAN: kita boleh aja koq keluar-keluar. Ga semenular yang kita pikir.

OPINI:  Pemerintah lambat mengurus wabah ini sehingga angkanya terus naik.

SARAN: Kita pindahkan aset kita ke luar negeri aja. Supaya aman. Tarik dana besar besaran.

Dari sini Anda sudah makin paham. Apa sih beda ketiganya.

Semoga ga gampang dipengaruhi orang lain.

Tidak gampang panik.

Tenang. Dan pada akhirnya mampu mengambil putusan yang tepat.

Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.

IBRANI 2:1

Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.

AMSAL 14:15